Buku Saku Tanggap Darurat Bencana Alam
(Jakarta, WIH September 2011). Leluhur kita sering berkata bahwa 'dunia sudah semakin tua' setiap saat berpeluang terjadi bencana. Apakah bencana alam yang tidak dapat diprediksi, maupun yang bisa diprediksi. Karena itu, alangkah baiknya jika di setiap RT, RW, Kelurahan hingga Kecamatan di Jakarta ini memiliki konsep langkah ketahanan terhadap bencana tersebut yang dibuat maupun dirancang oleh masyarakat sendiri. Sehingga mengakar dan selalu siap untuk dilakukan. Konsep itu perlu dibukukan menjadi 'Buku Saku Ketahanan Bencana' di tiap RT dan RW serta dimiliki oleh setiap keluarga di wilayahnya. Di dalam buku tersebut berisi kesepakatan warga mengenai beberapa hal, misalnya mengenai :
(Jakarta, WIH September 2011). Leluhur kita sering berkata bahwa 'dunia sudah semakin tua' setiap saat berpeluang terjadi bencana. Apakah bencana alam yang tidak dapat diprediksi, maupun yang bisa diprediksi. Karena itu, alangkah baiknya jika di setiap RT, RW, Kelurahan hingga Kecamatan di Jakarta ini memiliki konsep langkah ketahanan terhadap bencana tersebut yang dibuat maupun dirancang oleh masyarakat sendiri. Sehingga mengakar dan selalu siap untuk dilakukan. Konsep itu perlu dibukukan menjadi 'Buku Saku Ketahanan Bencana' di tiap RT dan RW serta dimiliki oleh setiap keluarga di wilayahnya. Di dalam buku tersebut berisi kesepakatan warga mengenai beberapa hal, misalnya mengenai :
- Kesepakatan mengenai lokasi penampungan darurat, misalnya di Halaman Masjid atau Mushola terdekat maupun di halaman sekolahan. Kalau perlu disitu dibangun gudang atau 'Lumbung Darurat'.
- Penyiapan prasarana pompa air manual hingga sumur gali untuk dipakai jika listrik lumpuh.
- Pemeliharaan prasarana butir dua dan kontrol serta latihan minimal satu kali setahun secara serentak.
- Kesepakatan jalur atau arah evakuasi mobil dan motor milik masyarakat, agar tidak menimbulkan kemacetan dan mengganggu mobilitas pemadam kebakaran pada musibah kebakaran. Ketersediaan minum dan makanan siap santap minimal untuk 3(tiga) hari pertama di tingkat RT dan RW dalam bentuk 'Lumbung Darurat Bencana'
- Ketersediaan 'Titipan Susu Kaleng Bayi' , hingga pembalut wanita di Lumbung Darurat tingkat RT dan RW yang setiap kwartal di up date oleh pemiliknya.
- Kesepakatan mengenai alat komunikasi dan informasi jika listrik mati, telepon putus hingga HP tak berfungsi. Satu-satunya yang bisa dipakai adalah Radio dengan power Baterai serta Kanal Darurat yang diupayakan oleh tingkat Walikota
Semua hal di atas masih berupa wacana. Jika bisa dipraktekan maka pihak Pemda DKI cukup memberikan stimulans berupa dana pemancing penyiapan. Misalnya sebesar Rp 2.000.000,-- tiap RW untuk mencetak buku saku ketahanan bencana yang dibagikan kepada seluruh warganya. Dengan pancingan tersebut, warga akan tergugah untuk menyambutnya.
Buku-buku tersebut akan dilombakan sehingga memperoleh buku terbaik untuk dijadikan standard ditingkat Kecamatan. Kenyataan yang ada saat ini berdasarkan kunjungan Warung Informasi Jakarta ke beberapa Kelurahan dan Kecamatan di Jakarta Timur, selalu dijawab oleh pejabatnya bahwa pihaknya sudah punya dan siap. Tapi kalau diminta bukunya belum ada. Dan mereka melempar bahwa di Walikota ada. Dari pada berdebat, lebih baik kita lakukan secara 'butom up'.(Pak Bagus).
Buku-buku tersebut akan dilombakan sehingga memperoleh buku terbaik untuk dijadikan standard ditingkat Kecamatan. Kenyataan yang ada saat ini berdasarkan kunjungan Warung Informasi Jakarta ke beberapa Kelurahan dan Kecamatan di Jakarta Timur, selalu dijawab oleh pejabatnya bahwa pihaknya sudah punya dan siap. Tapi kalau diminta bukunya belum ada. Dan mereka melempar bahwa di Walikota ada. Dari pada berdebat, lebih baik kita lakukan secara 'butom up'.(Pak Bagus).
Bagus dan semoga Bang Fauzi Bowo menyambutnya
BalasHapus